Bung Karno dan sejumlah tokoh (2)



Melihat track record diplomat Marshal Green, tak salah jika ia layak diberi label “spesialis kudeta”. Dalam beberapa penugasan oleh negaranya, Amerika Serika, ia “sukses” menggusur elite politik di negeri tempat dia bertugas. Semua elite politik yang dia gusur, adalah elite politik yang “tidak disukai” Amerika Serikat.
Ketika dia ditunjuk Amerika Serikat menggantikan Dubes Howard Jones sebagai Dubes AS di Indonesia, Bung Karno tegas menolak. Dubes Green tak lebih dari seorang agen CIA yang disusupkan ke negara-negara yang hendak “dikuasai” dengan predikat diplomat.
Hubungan Amerika Serikat dan Indonesia memburuk sejak akhir tahun 1950-an. Beberapa pemicunya adalah konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, ancaman nasionalisasi perusahaan AS di Indonesia, serangan ke kantor perwakilan AS di Indonesia, juga dugaan keterlibatan AS dalam pemberontakan PRRI/Permesta.
Dalam suasana politik semacam itu, Mei 1965, mengakibatkan pelantikan Dubes Freen sempat tertunda dua minggu. Bung Karno bahkan tengah menyiapkan kampanye nasional untuk menolak Green menjadi Dubes di Indonesia. Karena desakan tokoh-tokoh lain, toh akhirnya Bung Karno menandatangani persetujuan penempatan Marshall Green di Jakarta.
Akan tetapi, penerimaan itu tidak sepenuh hati. Ini terbukti ketika Soekarno berani membicarakan tentang kebijkan luar negeri AS yang buruk. Green pun seperti ‘terbakar’ tapi ia bisa menahan diri. Bahkan Green berkata ke Supeni, yang saat itu hadir bersama para pejabat Indonesia, “Nyonya supeni, senang sekali saya berkenalan dengan anda. Tahukah anda?” dengan kebaya hijau dan selendang keemasan, anda membuat saya terpaku saat Presiden berpidato tadi. Saya tak menangkap semua kata-kata yang diucapkannya. Bisakah anda menceritakan kepada saya apa yang diucapkannya?”.
Suasana menjadi tegang. Semua menutup mulut. Tiba-tiba Soekarno menepuk paha dan tawanya meledak. Suasana mencair, hadirin lega. Sementara itu, Dubes Green hanya bisa diam dan berdiri tegak di ruangan.
Agustus 1965, green mendapat kesempatan bertemu lagi dengan Soekarno, sebelum berpisah, bung karno berbisik, ia minta dibawakan majalah Playboy dengan alasan menyukai ulasan tentang film dan teaternya. Sebelum mengirim ke Soekarno, Green berpikir “saya segera sadar bahwa ini mungkin sebuah jebakan. Pasti soekarno punya cara yang lebih mudah untuk mendapatkan majalah itu.” Boleh jadi dalam imajinasi Green, Soekarno berujar “jawablah Ya atau tidak, benarkah tuan telah mengirimi saya, Bung Karno, yang murni dan polos majalah-majalah playboy yang kotor?”.
Sekitar sebulan kemudian, Green bertemu kembali dengan Soekarno. Mereka bertemu dalam acara peletakan batu pertama pembangunan kampus Universitas Indonesia. Dihadapa ribuan orang, Soekarno mendesak Green untuk mencicipi durian. Green yakin ia dijebak, sebab Soekarno mengetahui dirinya sangat tak menyukai durian. Bau buah itu katanya seperti bau keju busuk. “Saya terpaksa menelan makanan yang menjijikan itu demi kehormatan negara saya” tulis Green.

Sumber :
http://rosodaras.wordpress.com/2013/01/02/marshal-green-diplomat-spesialis-kudeta/
http://news.liputan6.com/read/781621/sukarno-pernah-jebak-marshall-green
http://sejarahri.com/kenang-duta-besar-amerika-dikerjai-soekarno/


Komentar