Ancur Hati Umairoh (I)

Malam terang. langit bersih tak tersaput awan. Gugusan bintang baris berbaris membentuk ribuan formasi, mengukir angkasa. Angin malam menerpa raga, lembut, menyenangkan, menelisik, bernyanyi di sela-sela kuping, membelai rambut gelap terurainya Iroh. Umairoh. Wanita berkebaya merah yang sedang patah hatinya.
Hiruk pikuknya malam seminggu setelah lebaran di terminal Ibu Kota. Iroh melamun dalam kesendiriannya, ditemani penjaga wc yang sedang duduk menghitung koin receh. Betapa tidak, ramainya orang yang berlalu lalang tidak dihiraukan oleh Iroh, begitupun dengan penjaja koran, peminta-minta, dan pedagang cangcimen.

Iroh yang baru saja pulang dari kampung halamannya, membawa oleh-oleh yang berat bebannya. Bukan makanan khas daerah, pakaian tradisional, apalagi sanak famili. Tetapi yang ia bawa adalah perasaan yang A-N-C-U-R. Putus cinta ditinggal kawin. Iya… Pacarnya bernama Anas kabur dengan janda beranak lima pilihan neneknya. Hati Iroh sangat hancur berserakan, berhamburan kaya jeroannya binatang.

Anas. Nama yang selalu terbisik dipikiran Umairoh. Dalam tidurnya. Dalam mimpinya. Setiap malam. Hangat tubuhnya yang pernah melekat dikulit Iroh. Beribu peluk beribu cium pernah mereka lalui. Bukan hanya lembaran manis yang muncul. Suka duka, kesal, marah terusik juga di memori Iroh. Memang ia sadar, diluar ia begitu tidak memperlihatkan cintanya kepada Anas, tetapi di dalam sanubarinya yang paling dalam ia begitu teramat mencintainya. Mencintanya dalam diam.

Yasudahlah. Iroh menangis seadanya sekuat tenaga. Berdoa di akad nikah Anas, semoga si janda diracun orang, biar terus mampus. Kasar hati Iroh berkata. Anas memang setan alas yang tidak punya perasaan. A-N-C-U-R.

Naas memang nasib iroh. Anas, yang dulunya berjanji setia selamanya, menikah, hingga ajal memisahkan. Ternyata itu hanya bualan. Kiasan semata. Terdengar seperti caci maki dari lelaki yang katanya mirip elvis presley.

Iroh sadar di dunia ini semuanya diciptakan berpasang-pasangan. Dimana ada pria pasti ada wanita. Dimana ada janda pasti ada duda. Dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Sudah kehendak Tuhan. Suratan takdir. dan roda nasib memang berputar.

Iroh memang wanita hebat, tangguh, kuat, tetapi tidak berotot seperti Agung Hercules. Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan, membuat Iroh sadar akan hikmah yang bisa dipetik. Tenang-tenang seperti karang walau dihantam gelombang. Jalani hidup dengan tenang dan selalu berpikir positif.

Komentar