Resah Hati (VI)

Adzan subuh berkumandang. Ayam-ayam ber-kokok ria membangunkan seisi komplek. Terbangun Iroh dari lelap tidurnya, mengambil air wudhu, sholat dan berdoa. Termenung memikirkan perempuan yang dikatakan Tince. Heran. Mengkerutkan dahi. “astaga!!! Jangan sampai wanita jadi-jadian, jangan sampai banci.” Tak selang berapa menit Tince bangun. “Minah… Aminah.” Ternyata mengigau.

“Hei bangun, sholat, udah bisa sholatkan?” Tanya Iroh.
“Ngantuk teh…” Jawab Tince.
“Fulan… kamukan janji mau nyeritain yang kemarin malam.” Balas iroh dengan menggoyang-goyangkan badan Tince.
“Iya teh.” Balas Tince dengan matanya yang masih merem.
Masuk kamar mandi. Cuci muka. Setelah itu. Tince duduk termenung berdiam diri.
“Engga sholat?” Tanya Iroh.
“lagi M teh…” Jawab Tince dengan meyakinkan.
“ohhh…” Balas Iroh dengan tak sadar padahal Tince laki-laki.
“Cerita darimana ya teh?” Tanya Tince.
“Minah, siapa Aminah?” Tanya Iroh penasaran.

Percakapan subuh pun dimulai. Dimulai dengan cerita tadi malam. Malam pertemuannya dengan seseorang. Seseorang yang bernama Aminah. Terbilang sudah empat bulan Tince dan Aminah menjalin hubungan. Hubungan yang berkembang dengan aneh. Hubungan mereka dimulai ketika Tince kalah taruhan tebak skor bola, sebagai hukumannya ia harus menggoda Aminah, dan dari situlah hati Tince mulai tersadar akan kecatikan dan keanggunan sesosok wanita yang sebenarnya. Aminah. Perempuan cantik mulus manja dan seksi. Lahir di madura, sekolah dikarawang. Hobinya minum jamu, dari jamu galian singset, sari rapet, sampai jamu terlambat datang bulan. Selain itu dia pandai memasak, dari bistik, spageti, panggang ayam, capcay goreng, udang rebus, sampai rendang jengkol. Aminah, oh Aminah, inikah yang namanya kasmaran.

Pukul enam pagi hari. Di kamar kost yang belum rapih. Setelah percekapan tentang Minah, Iroh dan Tince bergegas untuk pergi bekerja. Tince dengan pekerjaannya sebagai singer, dan Iroh dengan pekerjaannya sebagai guru honorer. Hari ini Iroh pergi bekerja di SMA swasta favorit Ibu Kota. Pekerjaan yang didapatkan satu tahun yang lalu setelah Iroh lulus kuliah dan menyandang gelar Sarjana Pendidikan.

Sementara di karaoke. Tince bekerja dengan rutinitas seperti biasanya. Menyanyi, menggoda, melamun, dan pergi ke kamar mandi. Tak sabar rasanya bertemu kembali dengan Minah, menggandeng tangannya, menatap matanya, mengelus rambutnya, mengecup bibirnya, ahhh… sayang hanya khayalan. Nyatanya, ketika istirahat Tince menyempatkan diri untuk datang menemui Aminah di ruko kelontong. Bertemu dan bertanya kepada koko pemilik toko.

“Ko, Minahnya ada?”
“Haiaaaa Minahnya sedang cuti hari ini, gak tau sampai kapan oeee.”
“Cuti?! Aneh, baru saja libur lebaran, kok sudah cuti lagi ya?” Bertanya dalam hati Tince

Waktu demi waktu telah berlalu. Hari itu Tince tidak fokus dalam pekerjaannya, pelanggan setianya banyak yang kecewa. Entah apa yang ia rasakan, yang jelas ia hanya melamun dan memikirkan Aminah. Baru saja kemarin bertemu dan bahagia rasanya, sudah ditinggal lagi dan entah sampai bisa bertemu. Rindu, mungkin itu yang dirasakan Tince. Dengan HP yang digenggamnya, ia mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Aminah, sebuah pesan yang menanyakan keberadaannya.

Hari demi hari telah berlalu. Tidak ada satupun balasan yang Tince terima dari Aminah. Rindu bercampur resah. Ketika libur kerja pun ia sempatkan untuk mencari informasi terkait keberadaan Aminah, mulai dari ruko, rumah kontrakan, kampung halaman, teman terdekat, sanak famili, sampai dukun pun ia datangi.

Minggu demi minggu telah berlalu. Jiwa raga Tince hampa, pikirannya entah kemana, raut mukanya layu. Siangnya ia habiskan untuk menjalani rutinitas formalitas yang melelahkan, malamnya ia habiskan untuk berbagi cerita dan rasa dengan Umairoh. Iroh sadar atas apa yang dialami Tince, atas apa yang dirasakan Tince, atas apa yang dipikirkan Tince. Bukan semata-mata ia sebagai kakaknya, tapi ia juga pernah mengalami hal-hal seperti itu. Menyakitkan malah. Tince juga tersadar baru pertama kali ia merasakan hal yang seperti ini. Membingungkan. 

Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Aku rindu. Aku tak tahu. Cinta dimana kamu. Mencari apa yang dicari. Menunggu apa yang ditunggu. Aku merasa dikejar waktu.
               

Komentar