Sakit lima hari

Hari pertama
“Makanya gadis kecil, kalau main jangan lama-lama, jangan sampai malam, apalagi mainnya sama anak laki-laki, kan jadinya demam…”
Itulah ucapan Nenek disaat ia hendak pergi ke rumah saudara, menitipkan gadis kecilnya bernama Tiara kepada Pamannya untuk merawat kondisinya yang sedang demam. Memang dipikir-pikir jauh dari orang tua disaat kecil sangat menyedihkan, apalagi kondisinya sedang demam, t-e-r-a-s-a! betapa tidak, ketika seorang anak gadis kecil membutuhkan perhatian dan pengobatan dari tangan seorang ibu, yang ada, yang ada, ah sudahlah…
Beruntung di rumah masih ada Paman yang merawat, bahan-bahan makanan untuk dimakan, obat-obatan, air bersih, dan kamar yang hangat. Coba bayangkan dengan gadis-gadis kecil lainnya diluar sana yang tidak beruntung, bukankah mereka hidup dijalanan, sehat, demam, sedih, bahagia, mereka habiskan waktunya dijalanan, mengais, dan berharap hari demi hari cepat berlalu. Beruntung. Setidaknya Tiara sudah belajar untuk bersyukur sedari kecil.
Hari kedua
Kau tau? Umur Tiara saat itu hampir 13 tahun, mukanya masih imut, badannya masih mungil, tapi ia sudah bisa melakukan banyak hal, salah satunya memasak.
Disaat Pamannya tidak ada di rumah, Tiara mencuri-curi waktu istirahatnya untuk memasak, memang yang ia rasakan demamnya tidak terlalu parah, oleh karena itu ia tidak ingin bermanja-manja tidur seharian. Pada hari itu ia memasak nasi goreng dengan bahan seadanya, nasi, kecap, garam, dan lain-lain, sederhana tentunya, tapi ia buat dengan porsi yang besar, sengaja ia lakukan untuk disantapnya pagi dan siang, sedangkan untuk malam harinya, ia hanya makan beberapa lembar roti saja, berharap malam tidak kelaparan dan masakan yang ia buat bisa disisakan dan disantap lagi untuk keesokan harinya.
Hari ketiga
“Paman? Paman dimana?” Tanya Tiara lewat telepon rumah.
“maaf de, Paman kemarin buru-buru kerja belum izin dulu sama ade, ini Paman bentar lagi kesana sama Tante.” Jawab Pamannya.
Siang itu sekitar jam 11 cuaca sedang hujan deras, beruntung Paman dan Tante Tiara sudah datang ke rumah ini sejam yang lalu sebelum hujan deras. Sejujurnya, jam 11 itu sudah puncak-puncaknya Tiara menahan lapar, maklum kemarin malam ia hanya makan dua lembar roti saja, sisanya minum untuk mengenyangkan perut. Tapi sayang seribu sayang, Paman dan Tante Tiara jauh-jauh datang hanya membawa berkas-berkas pekerjaan, melihat rumah, dan mengecek kondisi Tiara. Bukan! Bukan itu yang Tiara harapkan, jelas yang ia harapkan ialah makanan, jangankan makanan berat, buah-buahan, susu sehat pun tidak!
“Loh kirain Tante, Nenek ninggalin makanan untuk Tiara?” Tanya Tante sambil melihat-lihat kulkas.
“H-A-B-I-S” Jawab ketus Tiara.
Hari keempat
Lewat tengah malam Tiara belum bisa memejamkan matanya, entah apa yang mengganggunya, yang jelas ia ingin tidur tapi tidak bisa. Malam itu ia ditemani oleh Paman, tidak dengan bibinya, dan tentunya tidak tidur sekamar dengan Tiara.
Srssttt… Srsssttt… Srsssttt… Terdengar suara korsleting kabel terbakar…
“ASTAGA!!! TIARA! TIARA! TIARA!” “JANGAN KELUAR KAMAR! JANGAN NYALAIN LAMPU! ADA KABEL YANG KONSLET…” Teriak Paman.
Suasana cukup menegangkan. Paman panik. Tiara tidak. Pura-pura tidur.
Lima menit saja menegangkannya, sisanya… akhirnya bisa tidur….
Dan pada pagi harinya… Pamannya pergi lagi meninggalkan Tiara sendirian dengan kondisi rumah yang entah kabel korsletnya sudah diperbaiki atau belum.
Hari kelima
Akhirnya Nenek pulang. Kebahagiaan tersendiri untuk Tiara. Kesedihan tersendiri untuk Neneknya. Kenapa? Ada apa?
Pagi menjelang siang. Disaat kedatangan Nenek. Paman tiara menceritakan bahwa ternyata Tiara didiagnosa mengalami DBD, awalnya panasnya naik turun, tapi ketika kemarin malam panasnya tiba-tiba naik sangat mengkhawatirkan, oleh karena itu, ia membawa Tiawa ke apotek terdekat, lalu dari apotek itu disarankan untuk membawa Tiara ke rumah sakit secepatnya.
Beruntung Pamannya bisa lebih cepat membawa Tiara ke rumah sakit, telat beberapa jam mungkin Tiara sudah tidak tertolong. Dan saat ini Tiara sedang lemah terkulai dirawat di rumah sakit ditemani oleh Tantenya.
Astaga. Tentu mendapat musibah ini Nenek, Paman, dan Tante Tiara sangat terpukul dan menyesal, betapa tidak, mereka sangat-sangat bersalah meninggalkan gadis kecil ini, tidak terlalu memperdulikannya, dan tidak mengkhawatirkan demamnya. A-S-T-A-G-A.
Beruntung. Jika saja hari kelima ini, kondisinya seperti hari-hari sebelumnya, hanya ada Tiara yang sendiri di rumah, makan seadanya, istirahat tidak maksimal, tidak dipedulikan oleh keluarganya, mungkin cerita akhirnya akan berbeda.
Beruntung. Dihari kelima ini Tuhan menolong Tiara dan keluarganya. Atau mungkin… Tuhan sudah membuat skenario kelima hari ini supaya hikmahnya bisa dipetik???

Komentar